Anggota KSDHE Bersama Petugas Taman Nasional Alas Purwo

 

Kawasan Taman Nasional memiliki potensi wisata yang beragam menjadikan kawasan tersebut memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Dengan adanya wisatawan menjadi penyebab ramainya feending ground dengan wisatawan dari manapun. Namun, itu tidak membuat petugs terbebani dengan adanya ramai pengunjung, para pengunjung sendiri juga sudah mengetahui adanya aturan untuk berkunjung ke feending ground tersebut. Saalah satunya tidak boleh masuk ke dalam feending ground atau padang rumput, dan tidak boleh membawa makanan untuk satwa yang ada di feending ground. Karena jika hal itu terjadi, maka para satwa disana akan terbiasa dengan perlakuan pengunjung yang memberinya makan. 

Burung merak hijau (Pavo muticus), salah satu spesies langka dan dilindungi, menjadikan Taman Nasional Alas Purwo sebagai habitat utamanya. Keberlangsungan ekosistem yang mendukung kehidupan merak hijau di kawasan ini menghadapi berbagai tantangan, mulai dari ancaman perburuan hingga perubahan lingkungan. Dengan upaya konservasi yang melibatkan pengelola taman nasional, masyarakat lokal, dan para peneliti, kelestarian spesies ikonik ini diharapkan tetap terjaga sebagai bagian dari kekayaan keanekaragaman hayati Indonesia. Taman Nasional Alas Purwo, yang terletak di ujung timur Pulau Jawa, menjadi salah satu habitat utama bagi merak hijau. Kawasan ini menawarkan ekosistem hutan tropis yang mendukung kehidupan merak hijau, seperti ketersediaan makanan, tempat berlindung, dan lokasi berkembang biak yang ideal. Namun, ancaman terhadap keberlangsungan ekosistem di Alas Purwo terus meningkat seiring dengan aktivitas manusia, termasuk penebangan liar, perluasan lahan, dan tekanan wisata.

Melihat pentingnya Alas Purwo sebagai rumah bagi merak hijau, berbagai upaya konservasi telah dilakukan, mulai dari pengawasan kawasan hingga melibatkan masyarakat lokal dalam pelestarian ekosistem. Dengan kearifan lokal yang dimiliki masyarakat di desa-desa penyangga, keberadaan merak hijau di kawasan ini diharapkan tetap terjaga sebagai bagian dari warisan alam Indonesia yang berharga. Konservasi ekosistem merak hijau di Taman Nasional Alas Purwo menjadi tanggung jawab bersama, mengingat spesies ini tidak hanya menjadi simbol keindahan alam, tetapi juga penunjuk kesehatan ekosistem hutan tropis di kawasan tersebut. Keberlangsungan hidup burung merak hijau (Pavo muticus) di Taman Nasional Alas Purwo dipengaruhi oleh berbagai faktor ekosistem yang saling berkaitan. Ekosistem yang sehat dan seimbang menjadi syarat utama bagi spesies ini untuk berkembang biak dan bertahan hidup. Berikut adalah beberapa faktor ekosistem yang memengaruhi populasi merak hijau di Alas Purwo:

  1. Ketersediaan Habitat yang Ideal

Alas Purwo memiliki hutan tropis yang lebat, savana, dan semak belukar, yang menjadi habitat alami bagi merak hijau. Vegetasi ini menyediakan tempat berlindung, sarang, dan lokasi berkembang biak yang aman. Namun, perubahan atau kerusakan habitat, seperti deforestasi dan perluasan lahan pertanian, dapat mengancam kelangsungan hidup spesies ini.

  1. Ketersediaan Sumber Makanan

Merak hijau adalah burung omnivora yang mengandalkan biji-bijian, buah-buahan, serangga, dan hewan kecil lainnya. Keberadaan tanaman asli dan keanekaragaman hayati di Alas Purwo menjadi penopang utama kebutuhan pangan mereka. Gangguan terhadap rantai makanan, seperti hilangnya tumbuhan tertentu atau invasi spesies asing, dapat memengaruhi kelangsungan populasi mereka.

  1. Kondisi Lingkungan yang Stabil

Merak hijau membutuhkan suhu dan kelembapan tertentu yang mendukung kehidupan mereka. Perubahan iklim, seperti peningkatan suhu atau pola cuaca yang ekstrem, dapat mengganggu siklus hidup mereka, termasuk musim kawin dan ketersediaan makanan.

  1. Gangguan dari Aktivitas Manusia

Aktivitas manusia, seperti perburuan liar, penebangan hutan, dan pembangunan infrastruktur di sekitar kawasan konservasi, menjadi ancaman serius bagi merak hijau. Meskipun dilindungi oleh undang-undang, perburuan liar untuk bulu dan dagingnya masih terjadi di beberapa tempat.

  1. Peran Predator dan Kompetitor Alami

Selain ancaman manusia, merak hijau juga menghadapi tekanan dari predator alami, seperti ular, anjing liar, dan burung pemangsa. Kompetisi dengan spesies lain untuk mendapatkan makanan dan tempat berkembang biak juga menjadi tantangan yang memengaruhi populasi mereka.

  1. Kualitas Air dan Tanah

Ekosistem Alas Purwo sangat dipengaruhi oleh kualitas air dan tanah yang menopang kehidupan flora dan fauna. Polusi atau penurunan kualitas lingkungan ini dapat berdampak pada kelangsungan hidup merak hijau secara tidak langsung.

Upaya pelestarian burung merak hijau (Pavo muticus) di Taman Nasional Alas Purwo menjadi prioritas penting untuk menjaga keberlangsungan spesies ini dan ekosistem yang mendukungnya.

Pengelola taman nasional melakukan berbagai langkah, seperti patroli rutin untuk mencegah perburuan liar dan meminimalkan aktivitas ilegal yang dapat merusak habitat. Selain itu, upaya rehabilitasi lingkungan dilakukan dengan menanam kembali vegetasi alami yang menjadi sumber makanan dan tempat tinggal bagi merak hijau. Pemantauan populasi melalui survei berkala juga dilakukan untuk mendapatkan data yang akurat mengenai kondisi spesies ini dan ancaman yang dihadapinya.

Kolaborasi dengan masyarakat lokal di sekitar desa penyangga menjadi langkah strategis dalam pelestarian merak hijau. Edukasi lingkungan digencarkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga ekosistem. Selain itu, pengembangan ekowisata berbasis kearifan lokal memberikan alternatif pendapatan bagi warga, sehingga mereka dapat terlibat langsung dalam melindungi satwa dan lingkungan tanpa merusak keseimbangan alam. Kerja sama dengan berbagai pihak, seperti akademisi, lembaga konservasi, dan pemerintah daerah, juga menjadi bagian penting dalam mendukung program konservasi.

Dengan kombinasi upaya perlindungan habitat, keterlibatan masyarakat, dan pendekatan ilmiah, pelestarian burung merak hijau di Taman Nasional Alas Purwo diharapkan dapat memastikan keberadaan spesies ini tetap lestari di masa depan. Upaya ini juga berkontribusi pada pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia, yang memiliki nilai ekologi dan budaya yang tak ternilai.

Tantangan dalam pelestarian burung merak hijau (Pavo muticus) di Taman Nasional Alas Purwo cukup kompleks, mengingat berbagai faktor yang mengancam ekosistem di kawasan tersebut. Salah satu tantangan utama adalah tekanan dari aktivitas manusia, seperti perburuan liar, perambahan hutan, dan konversi lahan untuk pertanian. Meskipun merak hijau dilindungi oleh hukum, perburuan untuk mengambil bulu atau dagingnya masih terjadi di beberapa daerah, yang mengancam populasi mereka. Selain itu, alih fungsi lahan untuk pembangunan dan pertanian juga mengurangi luas habitat alami burung ini, yang berujung pada berkurangnya ketersediaan makanan dan tempat berlindung.

Perubahan iklim menjadi tantangan lain yang signifikan, dengan dampaknya yang dapat mengubah pola cuaca dan suhu yang mempengaruhi ketersediaan makanan dan musim kawin merak hijau. Selain itu, kualitas habitat yang terus menurun akibat polusi dan kerusakan lingkungan mengancam kelangsungan hidup burung ini. Masyarakat lokal yang sebagian bergantung pada sumber daya alam juga terkadang sulit untuk dipisahkan dari praktik yang merusak lingkungan, seperti perburuan atau pembukaan lahan.

Di sisi lain, keterbatasan dana dan sumber daya dalam pelaksanaan program konservasi juga menjadi kendala. Meskipun ada banyak inisiatif untuk melibatkan masyarakat lokal dalam pelestarian, penguatan kapasitas dan kesadaran masyarakat akan pentingnya konservasi masih

perlu ditingkatkan. Semua tantangan ini memerlukan pendekatan yang komprehensif dan kerjasama antara pemerintah, lembaga konservasi, serta masyarakat untuk memastikan bahwa ekosistem burung merak hijau di Taman Nasional Alas Purwo tetap terjaga dan terlindungi.

Keberadaan burung merak hijau di Taman Nasional Alas Purwo sangat penting tidak hanya untuk keanekaragaman hayati, tetapi juga untuk keseimbangan ekosistem hutan tropis yang mendukung kehidupan berbagai spesies lainnya. Meskipun tantangan dalam pelestariannya cukup besar, upaya konservasi yang melibatkan pengelola taman, masyarakat lokal, dan berbagai pihak terkait terus berlanjut dengan penuh harapan. Keberhasilan pelestarian burung merak hijau tidak hanya bergantung pada perlindungan langsung terhadap spesies ini, tetapi juga pada pelestarian habitat mereka yang semakin terancam. 

Kedepan, diharapkan semakin banyak pihak yang menyadari pentingnya menjaga kelestarian ekosistem alam, dengan melibatkan masyarakat dalam pengelolaan yang berkelanjutan dan berorientasi pada kesejahteraan bersama. Pelestarian burung merak hijau di Alas Purwo juga menjadi contoh konkret bahwa pelestarian alam dan pemberdayaan masyarakat dapat berjalan seiring. Melalui kesadaran yang terus berkembang, dukungan pemerintah, serta keterlibatan aktif masyarakat, kita berharap burung merak hijau dan ekosistemnya di Taman Nasional Alas Purwo akan tetap lestari untuk dinikmati oleh generasi mendatang.

 

Kontributor : Elita Nur Ilahi (Ngarai)

Fotografer : Tim KSDHE

Editor : IMPA Akasia

Akasiapedia merupakan media informasi seputar info kegiatan IMPA Akasia, wawasan dan isu tentang lingkungan.

IMPA Akasia

UKM Fakultas Hukum – Universitas Jember

Jl. Kalimantan No.37, Sumbersari, Jember

Jawa Timur

Email : info@impaakasia.com