3726 mdpl

Pada tahun 2022, Ekspedisi Akasia Di Puncak Nusantara akhirnya dilanjutkan kembali. Ekspedisi yang rencananya akan dilakukan pada tahun 2019 ini tertunda karena faktor penutupan gunung-gunung yang akan didaki akibat Covid-19. Setelah beberapa tahun menunggu, akhirnya pada bulan Oktober 2022, tim ekspedisi siap mendaki gunung selanjutnya, Gunung Rinjani. Gunung Rinjani terletak di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Gunung yang merupakan gunung berapi kedua tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 3.726 mdpl. Gunung ini merupakan bagian dari Taman Nasional Gunung Rinjani yang memiliki luas sekitar 41.330 hektar. Di sebelah barat kerucut Rinjani terdapat kaldera dengan lapang sekitar 3.500 m × 4.800 m, memanjang ke arah timur dan barat. Di kaldera ini terdapat Segara Anak, danau seluas 11.000.000 meter persegi dengan kedalaman sekitar 230 m. Cairan yang mengalir dari danau ini membentuk cairan terjun yang sangat indah, mengalir melalui jurang yang curam. Terdapat 6 jalur pendakian Gunung Rinjani, salah satunya jalur Sembalun – Torean. Jalur Sembalun – Torean merupakan jalur yang banyak diminati oleh kalangan pendaki. Selain itu, Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) memiliki peraturan jangka waktu pendakian hanya untuk tiga hari dua malam.

Kekayaan flora yang dimiliki kawasan taman nasional ini menjadi salah satu daya tarik utamanya. Jenis-jenis flora yang ditemukan pun beragam dan mengikuti alur ketinggian gunung. Flora yang tumbuh di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani dapat dibagi menjadi tiga berdasarkan ketinggian gunung. Ketiga jenis tersebut adalah daerah dengan ketinggian di bawah 1.000 meter di atas permukaan laut, di atas 1.000 meter diatas permukaan laut, dan puncak gunung. Wilayah yang berada pada ketinggian di bawah 1.000 meter di atas permukaan laut ditumbuhi oleh jenis garu, mimba, lambudu, beringin, randu hutan, dan deduren. Selain itu, ada juga jenis jambu-jambuan, harendong, jarong, manyering, pala hutan, bayur, dan rotan. Adapun jenis flora yang berada di ketinggian di atas 1.000 meter di atas permukaan laut, antara lain jenis jambu-jambuan, deduren, sentul, garu, bangsal, gelagah, meneni, malaka, lumut jenggot dan malela. Terdapat pula jenis kayu raksasa, kayu jukut, paku-pakuan, beringin, pandan, cemara gunung, teh gunung, alang-alang, anggrek, dan juga edelweis.

Pada 1 Oktober 2022, tim berangkat dari Banyuwangi menuju Lombok menggunakan kapal yang memakan waktu sehari semalam. Setelah berbagai persiapan, tim berangkat mendaki Gunung Rinjani pada tanggal 3 Oktober 2022. Pukul 08.59 WITA, perjalanan panjang penuh pun dimulai. Cuaca cerah menemani perjalanan tim dalam mengawali pendakian. Setelah berjalan sekitar 1 jam perjalanan, kabut tebal disertai gerimis mulai turun. Sekitar tiga jam tim berjalan, tim akhirnya sampai di pos 2 merupakan batas akhir dari jasa ojek gunung Rinjani. Jalur pendakian menuju pos 2 relatif masih landai. Perjalanan menuju pos 3 mulai menanjak dengan jalur pendakian dipenuhi sabana sejauh mata memandang. Selama perjalanan kabut sedikit terbuka. Cuaca seperti ini merupakan cuaca yang pas untuk mendaki Rinjani, karena jalur Sembalun merupakan jalur terbuka sehingga ketika cuaca sedang cerah dan terik matahari akan sangat menyengat di kulit. Sekitar 2 jam perjalanan, tim akhirnya sampai di pos 3. Setelah istirahat, tim melanjutkan perjalanan menuju pos 4. Medan menuju pos 4 merupakan jalanan terjal.  Setelah 1,5 jam berlalu, tim sampai di pos 4 yang masih dengan keadaan kabut yang tebal. Bagi pendaki yang terlalu malam untuk menuju Pelawangan, di pos 4 terdapat area camp untuk mendirikan tenda jika memutuskan untuk tidak melanjutkan pendakian. Untuk informasi tambahan, di setiap pos jalur Sembalun dari 1 hingga area camp Pelawangan terdapat warga yang berjualan. Setelah istirahat sebentar sekitar pukul 4 sore tim melanjutkan perjalanan, dengan kondisi hujan yang cukup deras dan keterbatasan jarak pandang akibat kabut tebal tim melangkah dengan hati-hati. Dengan rute yang sangat curam dan panjang akhirnya tim sampai di area camp Pelawangan  untuk mendirikan tenda pada pukul sekitar 8 malam.  

Keesokan harinya, 4 Oktober 2022. Suasana terasa amat dingin di area camp  Pelawangan, Pada pukul 03.16 WITA, tim mulai bergerak untuk melakukan pendakian menuju puncak. Perjalanan menuju puncak yang ditempuh selama kurang lebih 6 jam bukan sesuatu yang mudah, tidak sedikit pendaki yang akhirnya terpaksa turun kembali sebelum mencapai puncak dikarenakan kondisi fisik dan faktor lain. Medan yang terjal dan dipenuhi pasir cukup menyulitkan tim dalam menggapai puncak. Perjalanan menuju puncak Rinjani mirip dengan jalur puncak Gunung Semeru tapi dengan jalur yang lebih panjang. Setelah melewati jalanan pasir yang sulit, tim akhirnya tiba di puncak tertinggi ke 3 Indonesia, Rinjani. Tim dengan bangga mengibarkan bendera kebesaran IMPA Akasia di puncak dengan rasa syukur kepada Tuhan. Perjuangan berjalan menanjak dengan ketinggian sekitar 3.700 meter diatas air laut telah tim Akasiadipara telah lalui. Perjalanan yang memakan waktu, tenaga dan mental akhirnya terbayarkan dengan keindahan alam yang disajikan oleh Tuhan di Gunung Rinjani.

Setelah selesai berkegiatan di puncak, tepat pukul 10.33 WITA tim turun kembali ke camp Pelawangan. Selama perjalanan kabut tebal kembali turun dengan intesitas ketebalan yang cukup tebal hingga tim sampai di camp Pelawangan pukul 14.10 WITA. Saat tiba di camp, hujan kembali turun tetapi hal tersebut tidak membuat tim berhenti. Tim tetap melanjutkan perjalanan menuju ke Danau Sagara Anak hingga tiba pukul 20.17 WITA yang akhirnya tim putuskan untuk mendirikan camp.

5 Oktober 2022, udara sejuk menyelimuti sekitar danau yang begitu sangat cantik, hamparan air hijau berpadu biru dengan latar belakang gunung anak rinjani yang aktif. Karena waktu yang terbatas, tim langsung melanjutkan perjalanan menuju camp Torean. Tak lupa selama perjalanan tim ditemani oleh tebalnya kabut dan hujan deras. Medan menuju ke camp Torean bisa dibilang cukup ekstrim. Kemiringan curam dengan tebing-tebing tinggi yang membentuk jurang yang dalam menjadi pemandangan tim selama perjalanan. Namun, ekstrimnya jalur menuju ke Torean, keindahan alam yang disajikan sungguh luar biasa. Setelah melalui tangga-tangga curam, akhirnya tim sampai di camp Torean dengan waktu sekitar pukul 9 malam dan ekspedisi pun telah selesai. Tim Akasiadipara berhasil menyelesaikan pendakian Gunung Rinjani dengan sukses.

asuh gunung : warisan leluhur

Sebagai gunung aktif tertinggi kedua di Indonesia, Rinjani penuh dengan daya pikat. Memiliki ketinggian 3.726 mdpl, Gunung Rinjani bisa dibilang favorit pendaki Indonesia.Tapi bagi Suku Sasak, Gunung Rinjani bukan sekedar gunung. Namun juga sebagai gunung suci dalam kepercayaan masyarakat kaki gunung rinjani. Selain melakukan pendakian Gunung Rinjani, tim Akasiadipara juga melakukan pengamatan sosial di masyarakat Gunung Rinjani di Desa Senaru, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara.

Dalam adat masyarakat Gunung Rinjani terdapat ritual adat sering disebut asuh gunung. Asuh Gunung merupakan sebuah kepercayaan masyarakat lokal yang memiliki kultur untuk mengasuh gunung yang sudah diturunkan dari leluhur. Asuh gunung diadakan untuk keselamatan seluruh Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani termasuk flora, fauna, mata air, hutan. Selain untuk menjaga ekosistem di Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani, ritual  asuh gunung juga digunakan untuk mendoakan pendaki dan kejadian bencana alam agar terjaga dari keburukan atau musibah sehingga selanjutnya tidak terjadi hal yang tidak diinginkan, serta sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat sekitar atas manfaat yang diberikan tuhan melalui gunung rinjani. Ritual Asuh gunung tidak hanya sekedar upacara saja namun juga ada tindakan yang dilakukan oleh masyarakat adat. Apabila akan melakukan lakukan ritual asuh gunung para tetua adat akan melakukan musyawarah untuk membahas kapan akan dilakukan ritual asuh gunung, seorang pemomong juga akan menyampaikan kepada masyarakat kapan ritual tersebut diadakan sehingga masyarakat dapat mempersiapkan apa yang dibutuhkan untuk ritual tersebut. Ritual tersebut dilakukan dengan cara pemotongan kerbau, meletakkan sesajen dan makanan-makanan yang disiapkan oleh maklokak dan di sebar ditempat tragedi yang membuat ritual asuh diadakan dan untuk membawa sesajen maklokak akan dibantu oleh beberapa orang yang ikut naik ketempat, selesai melakukan acara ritual di Gunung Rinjani masyarakat melakukan doa bersama yang dilakukan di dalam rumah adat dipimpin oleh maklokak senaru yang ditugaskan oleh pemangku adat untuk menjaga Gunung Rinjani. Makanan yang dijadikan persembahan berupa makanan yang bahannya tidak mengandung bahan yang sulit terurai, diutamakan menggunakan bahan organik sehingga tidak ada bahan-bahan yang sifatnya dapat merusak kelestarian lingkungan di gunung rinjani. Apabila terdapat masyarakat yang dengan sengaja melakukan tindakan melanggar aturan atau masyarakat adat desa senaru menyebutnya awik-awik akan diberikan sanksi oleh perangkat yang berwenangan yang disebut sebagai lang-lang, dan sanksi dari pemerintah yang tetap berjalan sesuai dengan regulasinya. Kemudian lang-lang akan melakukan gundem atau musyawarah besar dengan tokoh adat yang lain untuk membahas justice apa yang akan diberikan bagi para pelanggar kesusilaan, pencemaran, dan melanggar adat sesuai dengan aturan adat. Sanksi yang diberikan tidak dapat dibayar dengan uang namun harus mengikuti hasil musyawarah yang telah ditetapkan.

Selain melakukan upacara adat masyarakat juga melakukan upaya pelestarian guna pemulihan apabila terjadi kerusakan di gunung rinjani, salah satunya adalah melakukan reboisasi apabila terjadi musibah kebakaran di Gunung Rinjani agar hutan tetap hijau dan berfungsi sebagaimana mestinya. Karena kehidupan masyarakat kaki gunung rinjani bergantung pada sumber daya alam disana, seperti mata air yang mengalir dari Gunung Rinjani digunakan untuk kebutuhan masyarakat. Masyarakat Desa Senaru melindungi alam sesuai dengan adat dan sistem pemerintahan yang mengatur. Dari pihak intansi pun juga sangat terbantu dengan adanya ritual asuh gunung dan memberi support ritual asuh gunung dalam bentuk meteril dan juga memberi bibit tumbuhan yang sering digunakan warga desa adat untuk bahan pembuatan rumah.

 

IMPA Akasia

UKM Fakultas Hukum – Universitas Jember

Jl. Kalimantan No.37, Sumbersari, Jember

Jawa Timur

Email : info@impaakasia.com